autobiografi

Sabtu, 09 Januari 2010
MASA KELAHIRAN

Hari itu, 4 November 1994 sekitar pukul 01.00 malam lahirlah seorang bayi cantik dari pasangan ir. Gamal Pasya M.Sc dan Dra. Dewi Komalasari. Kemudian bayi tersebut diberi nama Rossadea Atziza. Seluruh keluarga besar merasakan kebahagiaan atas hadirnya satu anggota baru bagi keluarga mereka. Terutama bagi kedua orang tuanya. Rossadea Atziza atau yang biasa dipanggil Dea ini, merupakan anak pertama setelah 4 tahun mengarungi bahtera rumah tangga. Bagi sang nenek, kehadiran Dea pun menjadi anugrah terindah dalam hidupnya. Sebab Dea merupakan cucu perempuan satu satunya.


MASA KECIL

Mayoritas orang tua menyatakan bahwa saat anak anak mereka kecil adalah saat saat paling menyenangkan serta mengharukan. Hal yang sama pun dirasakan oleh Dewi dan Gamal. Bagaimana mereka harus terbangun tengah malam untuk mengganti popok si kecil serta membuatkan susu. Jujur saja, pada saat Dea kecil, berat badannya melebihi berat ideal akibat terlalu suka minum susu. Bahkan Dea pun sampai pernah diberi obat oleh dokter untuk menurunkan berat badannya itu.

Setiap pagi, mamanya pun tak pernah lelah untuk membuatkan makanan kesukaan Dea. Dicampurnya aneka macam sayuran lalu di tim dan dicampur dengan nasi. Betapa lahapnya Dea menghabiskan makanannya sambil duduk santai di atas sebuah kursi goyang di halaman belakang rumah.

Rumah sederhana ini, terletak di jln. Pagar Alam gg.Cempaka no.11 Kedaton Bandar Lampung. Banyak sekali suka duka yang dijalani disana. Salah satunya ada kejadian mistis yang terjadi pada saat Dea berumur kurang lebih 3 tahun. Setiap tengah malam, Dea menangis merengek meminta mamanya untuk membukakan pintu kamar yang langsung berhadapan dengan sebuah ayunan di halaman belakang rumah. Sampai pada suatu malam, mamanya pun membukakan pintu kamar itu, kemudian Dea berjalan menuju arah taman, sejenak terdiam kemudian menaiki ayunan berwarna merah jambu itu. Tak lama kemudian Dea kembali memasuki kamar dan hal yang ganjil pun terjadi. Pintu kamarnya tidak dapat terkunci ! Padahal sebelumnya tidak ada masalah pada kunci kamar tersebut. Mamanya yang sedikit panik akhirnya terpikir untuk mengganjal pinti tersebut dengan kursi.

Keesokan paginya, mama pun menanyakan hal yang terjadi semalam kepada Dea.
“ Nak, semalem ada apa ? “ tanya mama.
” Enggak ma, ada yang ngajak aku main ayunan. Orang nya besaaaar banget. “ jawab Dea dengan polosnya.
Mendengar hal itu, mama menghubungi orang pintar yang tinggal disekitar sana. Kemudian orang pintar itu datang dan memindahkan penunggu yang konon ada di sumur belakang rumah. Untungnya, setelah kejadian itu, hal hal aneh tidak terjadi lagi.


MASA TAMAN KANAK KANAK

Pendidikan tetaplah menjadi prioritas utama bagi setiap orang tua terhadap anak anaknya. Pada saat taman kanak kanak atau yang biasa disebut TK, Dea bersekolah di TK KARTIKA yang terletak di jln. Pierre Tendean, Tanjung Karang Pusat. Pada saat itu Dea kira kira berusia 5 tahun. Di sana Dea menduduki kelas B3 dengan guru kelasnya Ibu Sep. Kira kira baru beberapa minggu setelah Dea mulai sekolah, bahkan mendapat seragam pun belum, kejadian malang menimpa gadis cilik ini.

Suatu pagi, disaat matahari masih malu menampakkan diri, Dea ingin mengambil penghapus yang terletak di meja kerja papanya. Sebab pagi masih buta, Dea pun berusaha untuk menghidupkan lampu ruang tersebut. Ia naiki kursi beroda itu, dan perlahan menggesernya mendekati saklar lampu. Tiba tiba, Dea terjatuh dari kursi tersebut dan tangan kiri mungilnya patah. Dea menjerit memanggil papanya. Tak lama kemudian papa pun datang dan terkejut melihat apa yang terjadi. Segera papa menarik tangan Dea dan meluruskan posisinya dan segera membawa ke rumah sakit.

Butuh waktu kurang lebih 1 bulan bagi Dea untuk membiasakan diri dengan keadaannya saat itu. Tapi tetaplah sebagai gadis cilik yang ceria.

Pada masa TK, Dea mengikuti lomba membawa air bersama teman teman sekelasnya yang diadakan di PKOR. Dalam lomba tersebut, TK KARTIKA memperoleh juara 2.

Diakhir tahun masa TK, Dea mengikuti lomba mewarnai yang diadakan oleh pihak sekolah. Awalnya Dea enggan mengikuti lomba tersebut. Karena menurutnya, ia takut kalah dengan teman sekelasnya yang bernama Irma. Tapi, mama Dea begitu mendukung putrinya. Mama berkata bahwa kalah ataupun menang itu adalah hal yang biasa.
“ Kalau semuanya menang, untuk apa lombanya dibuat ? “ kata mama.
Akhirnya, dengan segala kemampuan yang Dea miliki, ia mengikuti lomba tersebut. Dan ternyata, MENAAAAAAANG !!! Bahkan Dea memperoleh juara 1.

Pengalaman yang sangat berharga di masa Taman Kanak Kanak, pastinya tidak akan pernah terlupakan.

MASA SEKOLAH DASAR

Pada saat pertama masuk Sekolah Dasar, Dea mendaftar di SD KARTIKA II – 5 Bandar Lampung. Dea ditempatkan di kelas B. Tepatnya 1B, 2B, dan 3B. Saat Dea kelas 1, ia memiliki teman yang sangat akrab. Bahkan bila tidak duduk sebangku, Dea pasti tidak ingin masuk sekolah. Namanya Siti Indah Disatya. Biasa dipanggil Tia. Kemana mana Dea selalu berdua bersama Tia. Walau terkadang ada perselisihan antara mereka.

Satu lagi, ada seorang teman Dea yang samapai sekarang (kelas 10 SMA) yang selalu 1 kelas. Namanya Mila Fitriani. Sejak kelas 1 SD mereka berdua selalu bersaing dalam pelajaran. Jelas persaingan yang sehat.

Selama SD, Dea selalu mendapat ranking 1. Hanya beberapa kali saja mendapat ranking 2 atau 3. Mama papanya jelas bangga. Terlebih pada saat kelas 5 SD Dea lolos seleksi olimpiade matematika. Kemudian Dea mengikuti serangkaian lomba olimpiade matematika. Dari tingkat kecamatan, kota, provinsi, sampai tingkat nasional. Pada tingkat kecamatan, Dea memperoleh juara 2. Kemudian pada tingkat kota memperoleh juara 3. Dan yang paling memuaskan adalah pada saat Dea memperoleh juara 1 di tingkat provinsi. Atas kemenangan yang diraih, berarti Dea harus terus melanjutkan perjuangan untuk bertanding di tingkat nasional. Saat itu, Dea sudah duduk di kelas 6. Setiap malam, Dea mengikuti pembinaan untuk olimpiade tersebut di Himalaya. Dea dibina oleh Pak Fatur, Pak Yanto, dan Pak Bono. Hal tersebut berlangsung sekitar beberapa bulan sebelum akhirnya berangkat ke Jakarta. Tapi sayang, Dea pun harus gagal kali ini. Patut diakui, persiapan lawan memang lebih matang dari persiapan Dea. Tapi ya sudahlah, teringat kata mamanya waktu itu “ Kalau semuanya menang, untuk apa lombanya dibuat ? “

Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Tibalah pada saat ujian sekolah. Dea mengikuti bimbingan intensif di Himalaya. Dan hasilnya pun sangat memuaskan. Pada saat SD, dea berhasil meraih peringkat pertama sebagai lulusan terbaik. Betapa senangnya Dea saat itu. Begitu pula dengan kedua orang tuanya.

Kemudian, setelah selesai ujian sekolah, Dea masih harus mengikuti tes SMP. Dea mendaftar ke SMP 2 sebagai pilihan pertama, SMP 4 sebagai pilihan kedua, dan SMP 1 sebagai pilihan ketiga. Setelah mengikuti tahapan tes tersebut, akhirnya Dea diterima di SMPN 2 Bandar Lampung.


MASA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Setelah diterima di SMPN 2 Bandar Lampung, Dea sebagai siwa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa). Pada saat kegiatan MOS tersebut, Dea ditempakan dalam regu MARS.

MARS ! Regu MOS yang takkan terlupakan. Penanggung jawab regu Dea adalah Kak Roby dan Kak Dwi. Dan sejak MOS inilah Dea dekat dengan seorang temannya yang bernama Almira Pamela Qifta. Mereka berdua layaknya lem. Kemana mana selalu berdua. Almira adalah sosok seorang teman yang baik dan ceria. Walau terkadang menyebalkan.

Pada saat MOS, Dea terpilih menjadi perwakilan siswa yang dijadikan untuk penyematan tanda peserta MOS. Dea dipilih bersama salah satu temannya yang bernama Fikri. Pada saat upacara, Dea dan Fikri melakukan baris berbaris dan berjalan menuju Bapak Sartono selaku kepala sekolah lalu melakukan tanda penyematan. Hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Dea karena dipercaya untuk menjadi perwakilan penyematan.

Setelah kegiatan MOS selesai, diadakan pula tes penempatan kelas. Ada 2 pilihan tes saat itu; kelas akselerasi dan kelas bilingual. Dea memilih untuk mencoba mengikuti tes kelas bilingual. Kelas bilingual merupakan kelas yang menggunakan 2 bahasa pada pelajaran matematika dan IPA. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setelah kurang lebih 2 minggu, akhirnya datanglah pada saat nya pengumuman. Dan ALHAMDULILLAH Dea berhasiil memasuki kelas bilingual tersebut.

Hari demi hari dilewati. Dea pun mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Teman baru dan juga guru guru baru. Kelas 7E (7 Bilingual), terletak disamping gudang. Wali kelasnya adalah Pak Dwi Warto. Pak Dwi mengajar mata pelajaran matematika. Pelajaran yang sangat Dea sukai saat itu.

Teman teman sekelas yang sangat kompak ! Dea dan teman teman sekelasnya tidak akan dicampur lagi dengan siswa kelas lainnya. Karena kelas bilingual hanya ada satu. Pada saat itu , mereka menyadari bahwa mereka akan menjadi suatu keluarga besar yang harus hidup rukun, serasi, selaras, dan damai. Mereka menyebut kelas mereka dengan sebutan LBG. LBG berarti Last Biling Generation. Suatu awal yang baik dengan membuat nama tersebut. Mereka sekelas menjadi kelas yang sangat kompak !

Pada saat kelas 2 SMP adalah saat saat yang paling menyenangkan. Dea memiliki 5 orang sahabat yang sangat baik dan sangat berarti bagi kehidupan dea. Mereka adalah Almira, Mute, Amel, Nedya, dan Fina. Sahabat yang takkan hilang dari memori zaman. Banyak hal yang mereka lakukan bersama sama. Yang pasti, setiap hari Jumat seusai sekolah, mereka selalu “ nyengok “. Nyengok yang sampai sekarang pun belum jelas artinya. Tapi mereka mengibaratkan nyengok adalah hal yang seru dan menarik. Dea juga pernah jalan kaki dari Gramedia sampai ke Sinar berdua besama Almira. Bermain hujan hujanan sepulang sekolah. Serta menyongsong matahari sore di sekitar pahoman. Sungguh itu merupakan hal yang tak akan pernah Dea lupakan sampai kapan pun.

Pada saat kenaikan kelas 3, semuanya berubah. Sedikit demi sedikit frekuensi bermian dikurangi. Maklum, ini adalah tahun terakhir di SMP dan harus bersungguh sungguh dalam urusan nilai. Saat kelas 3 itu , selama full 1 tahun, Dea duduk di barisan paling depan bersama Mute. Walaupun agak susah untuk mencontek, tapi ternyata lebih nyaman duduk di deretan paling depan.

Banyak sekali suka duka yang dilalui Dea bersa LBG. Dari betapa senangnya saat merasakan kebersamaan selama 3 tahun, sampai sekelas harus dihukum karate dan dipanggil guru akibat permen karet, serta tidak mengerjakan PR masal. Sungguh kisah yang sangat menarik untuk di ungkapakan.

Pelajaran Karate : Saat itu Dea masih duduk di kelas 2 SMP. Pada jam pelajaran Pak Dwi, mereka dihukum karena ulah Andoni dan Tebe yang ngobrol saat jam pelajaran. Anehnya, hukuman yang diberikan adalah PELAJARAN KARATE ! oh my god ! Tidak satu orangpun dapat mengira bahwa hukuman nya adalah jurus jurus karate.

Tidak Mengerjakan PR Bahasa Inggris : Kejadian ini terjadi pada awal awal kelas 3 SMP. Kebetulan guru Bahasa Inggris mereka adalah guru yang belum pernah mengajar mereka di tahun sebelumnya. Saat itu, hamper seluruh dari mereka tidak mengerjakan PR yang diberikan. Karena kesal, akhirnya mereka disuruh turun dan mengerjakan PR tersebut di bawah tiang bendera. Kenangan yang takkan terlupa.

Kasus Permen Karet : Pelajaran Geografi. Guru mereka masuk ke kelas dan mulai mengajar seperti biasanya. Seketika duduk, duru mereka merasakan ada yang tidak beres dengan bangku yang ia duduki. Perlahan berdiri, dan OH !! Segumpal permen karet menempel pada rok guru mereka. Guru tersebut marah dan menuduh mereka sengaja melakukan tersebut. Dea pun heran. Entah siapa yang berani menaruh permen karet di kursi guru. Setelah jam pelajaran berakhir, kami sekelas dipanggil oleh guru lain. Mencoba menyelesaikan masalah. Tapi tak seorang pun mengakui kesalahan. Ya mungkin karena memang tidak ada yang salah. Mereka di jemur di lapangan sempit SMP 2 dan harus mengikuti ritual celup tangan. Sampai saat ini, masih menjadi suatu misteri atas siapa yang mrnaruh permen karet tersebut.

Semester kedua tahun terakhir, Dea mengikuti tambahan pelajaran di sekolah. Setiap hari harus pulang jam setengah empat. Dea biasanya membeli makan siang nasi uduk sobirin bersama Almira. Terkadang Dea juga membawa bekal dari rumah yang kemudian dimakan bersama dengan teman teman lainnya.

Belajar pun semakin serius. Sampai pada akhirnya tibalah LUN 1. Pada LUN 1 Dea berhasil meraih peringkat pertama. Begitu juga dengan LUN 2. Tapi sayang, pada LUN 3 Dea tidak lagi meraih peringkat pertama.

UN tiba. Semakin hari semakin tak menentu perasaan di hati. Sejuta rasa grogi, nervous, sedikit tidak yakin mulai berkecamuk di pikiran Dea. Tapi syukur alhamdulillah Dea barhasil melalui tahapan UN serta Ujian Praktek dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Bersyukur sekali kedua orang tuanya. Memiliki seorang putri yang dapat dibanggakan.

Kemudian, sempat tersirat sedikit angan tentang melanjutkan SMA diluar kota. Melihat teman teman Dea yang lain pada sibuk akan hal itu, Dea pun iseng untuk mendaftarkan diri di SMA 3 Bandung. SMA terfavorit di Bandung. Dea mendaftarkan diri tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Dan suatu ketika Dea menceritakan hal tersebut, kedua orang tuanya berkata,
“ Genggam bara yang kamu nyalakan, sampai bara itu padam ! “ .
Kata kata itu tidak pernah lepas dari benak seorang Rossadea. Hingga saat ini.

Membuat keputusan akan sekolah di SMA 3 merupakan keputusan yang berat. Dimana saingan untuk dapat lolos sekolah disana adalah kurang lebih 1000 siswa dari seluruh Indonesia. Sangat sedikit kemungnkinan nya. Tapi ya harus tetap dijalani. Kembali teringat motto hidup Dea yang pernah ia tulis di buku harian SMP nya. “ Apa yang telah aku pilih , aku jalani , dan hadapi resikonya “

Setelah mengikuti tes tersebut, ternyata GAGAL. Ya mungkin Allah punya rencana lain. Pada saat itu Dea telah mendaftar dan mengikuti tes untuk masuk di SMAN 2 Bandar Lampung. Dan setelah pengumuman, alhamdulillah Dea diterima di urutan 13.


MASA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Dengan diterimanya di nomor urut 13,Dea mengikuti MOS di kelompok pertama pula. Kelompok MOS SMA kali ini diambil dari nama nama tokoh pahlawan fiksi. Kelompok Dea bernama SUPERMAN. Penanggung jawab regu MOS SUPERMAN ini adalah Kak Aldo, Kak Rara, dan Kak Ocan. Sungguh MOS yang sangat panjang. Satu minggu full datang ke sekolah jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Pada hari terakhir MOS, 12 Juli 2009, kegiatannya adalah jalan kaki dari smanda ke Lembah HIjau. Perjalanan yang lumayan jauh. Tapi Dea dan regunya selalu ceria. Kebersamaan adalah yang utama. Sampai di lembah hijau, ada beragam kegiatan yang dilakukan. Games dan juga foto bersama. MOS smanda memang sangat menarik. Dan tidak akan terlupakan.


Hari pertama masuk sekolah, 13 Juli 2009.
Kesan pertama saat sekolah di SMAN 2 adalah aneh. Dea merasa banyak sekali perbedaan antara SMP dan SMA. Dari kedisiplinan murid hingga guru guru nya. Tapi lama kelamaan Dea pun terbiasa dengan keadaan yang baru ini.

Dea ditempatkan di kelas unggulan. Yaitu kelas 10.1. Kemudian 10.1 ini menyebut dirinya dengan TERORIST (TEN RSBI ONE ARE EXIST). Banyak hal yang menyenangkan selama SMA , sekarang ini.

Saat ini, Dea mengikuti club olahraga yaitu SSBC (SMANDA SOFTBALL BASEBALL CLUB). Dea tertarik untuk mengikuti club ini karena permainan softball ternyata sangatlah menarik. Dea bercita cita agar dapat menjadi seorang pitcher yang hebat yang dapat diandalkan tim. Tapi untuk mencapainya perlu usaha yang sungguh sungguh. Latihan yang rajin dan disiplin, serta mengikuti program dengan baik. Ya, semoga saja cita citanyanitu dapat tercapai dan sukses.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Hai. Mama Oin

Posting Komentar